Dari judulnya tulisan ini aja mungkin banyak yg tidak setuju mengundang pendebatan. Tak apalah asal berpendapat ada rujukan ilmunya, jangan cuma asal ngotot ego pendapat pribadi. hehehe
Teringat zaman masih ngampus di jogja, ada seorang mahasiswa teknik kimia Undip temen zaman ADS dahulu kala menghubungiku. Dia aktif di lini siyasi ADK kegiatan BEM, dimana sedang ada acara di kampusku. Dia sungguh pandai memberdayakan jaringan. Yups dia memintaku menjadi tukang ojeknya dan mencarikan penginapan gratisan untuknya. asem heuheuheu
"Jal, ente sudah minta maaf blum sama Bu Swarni?" sindirannya kepadaku. Huahaha teringat kenangan manis zaman ADS di SMA beberapa taun yang lalu. Mari masuk laci doraemon lorong waktu kembali ke zaman ABG yukss.
Saya lebih banyak dipekerjakan oleh mas'ul calon pengusaha laundry itu sebagai koordinator acara pengajian dan MC karena mungkin agak ndak tau malu berbicara di depan orang banyak. hahaha.
Zaman ABG masa yg berapi-api kata bang oma. yups masa pencarian jati diri. Banyak buku dan film Harun Yahya tentang proses penciptaan dan pencarian sosok Tuhan sudah kulahap. Teringat sering saling guyon tentang "persepsi" setelah melahap "keabadian telah dimulai" bersama si akhir zaman meskipun sebenarnya kita tidak memahami apa yang kita guyonkan.
Saking nakal dan kontroversial pernah ditegur sang mentor untuk tidak terlalu kritis dalam beragama.
Pernah menanyakan ke calon dokter almumni UNS dan bakal pegawai kementrian ESDM itu.
"Ente tau gak, kenapa Allah itu tidak keliatan?" mereka pun tidak menjawab. Speechless.
"Ya karena indra penglihatan mata kita terbatas. Hanya mampu melihat pada gelombang cahaya tampak pada panjang gelombang 380 sampai 780 nm. Jadi Allah yang tidak keliatan blum tentu tidak ada, seperti sinar ronsen, gama, RF dkk. Yang tidak keliatan blum tentu tidak ada. Karena keterbatasan panca indra kita lah yang membuat kita tidak dapat melihatNya" jelasku dengan sok tau.
Ditengah derasnya pengaruh tarbiyah-ikhwanul muslimin dari alumni kerohanian melalui mentoring, dengan kontroversialnya saya sebarkan ajaran sufiisme. Yups buah jatuhnya tidak jauh dari pohonnya, orang tua saya saat itu aktif di majelis dzikir tarekat naqsyabandiyah. Fokus mendalami dzikrullah, kebersihan dari penyakit hati, keihklasan, sufiisme dan tasawuf. Yups apapun aliran-gerakan-bendera-caranya, Tujuan, Tuhan dan Rasulnya tetap Allah dan Muhammad dalam harmonisasi kalimat syahadat.
Mungkin di "ending" yg "sad", saya dikira menjauh dari jamaah ADS akibat kasus dgn pembina kerohanian yang disindirkan mahasiswa teknik kimia di atas. Yah karena saya juga pun blum dewasa, merasa kurang klop jikalau simbol partai dikampayekan di sekolah yg seharusnya netral. Akal saya yg nakal coba untuk tidak telalu cepat takliq dan patuh sekedar ikut-ikutan. Partai hanya wasilah dan kendaraan, tergantung siapa yang mengendarainya. Harus diawasi dan diingatkan supir dan muatannya agar tujuannya tidak melenceng.
"Menurut Antum dalam beragama, mana yang didahulukan wahyu/keyakinan atau akal?" tanya pendiri Nuruf Fikri sekaligus sesepuh partai itu. Yups saya dan bang Janu didikannya. Liat saja penampakan bang Janu sekarang, bandingkan dengan zaman SMA. Jelas beda abis, sekarang lebih "ngihwah". Gemblengan beliau dalam PPSDMS Nurul Fikri nampaknya sukses pada alumni statistika IPB itu, huahaha.
"Dalam beragama, antara keyakinan/wahyu dan akal harus saling melengkapi dan menguatkan, ibarat sisi kedua mata uang, tidak ada yang harus didahulukan". Ustadz Musolli pun menjelaskan panjang lebar disertai dalil rujukan al-Quran & Hadist yang meyakinkan. Siraman ceramahnya mengenai fikih prioritas(awlawiyat) semakin membenarkan kenakalan akal untuk mengambil kebijakan yg dianggap "kontroversial" oleh sebagian orang.
Saya memilih berkontribusi pada ADK lini ilmi semacam KIRnya kampus. Pernah ditegur sesepuh ADK karena kebijakan kontroversial saat diamanahi sebagai penentu kebijakan tertinggi. Karena dilahirkan dari ADK, rapat yang dipisah "hijab" ikhwan-akhwat msh mentradisi walau anggotanya byk jg yg non muslim. Ada dua hal yg saya sorot yaitu masalah profesionalisme dan menghindari zina mata.
1. Profesionalisme. Dari ceramah yg saya dapat, Islam menjunjung tinggi profesionalisme karena merupakan salah satu pilar dari tiga pilar utama yaitu Ihsan selain Iman dan Islam. Bekerja sebaik-baiknya dalam segala bidang seolah-oleh diawasi Allah yg tidak keliatan itulah Ihsan, dalam organisasi dpt disandingkan dgn profesionalisme. Dalam rapat jika dipisahkan "hijab" pria-wanita lebih menyulitkan dlm fokus berkomunikasi efektif. Terbukti banyak yg maen HP dan baca buku yg lain tidak fokus rapat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli komunikasi bernama Albert Mehrabian menyatakan bahwa komunikasi yang efektif terdiri dari 55% bahasa tubuh(Visual). Komunikasi yg baik dlm berorganisasi sangat mempengaruhi profesionalisme.
2. Zina mata. Zina itu dosa besar. Tidak hanya Zina bersetubuh tapi melihat dgn syahwat lawan jenis bukan muhrim itu pun zina mata. Tapi apakah kita tidak berbaik sangka saja, jangan melihat dgn terlalu syahwat saat fokus berkomunikasi membahas hal yg penting dlm rapat. Byk hal lucu kuamati saat rapat kerohanian, membicarakan hal yg penting dlm rapat repot2 suara lebih kencang dan diulang2 karena dipisah hijab. Tapi saat diluar rapat, mereka bercengkrama ngobrol santai saling menatap dengan membicarakan hal yg tidak sepenting dlm rapat.
So dalam islam, kerja Profesional-ihsan itu Wajib dan menghindari zina mata itu wajib juga. Mana yg lebih prioritas?
Sesuai fikih prioritas(awlawiyat) dan ajaran pendiri Nurul Fikri, saya pun memilih mendekatkan shaf saat rapat. Seolah membongkar hijab. Kalau berkomunikasi walau dgn lawan jenis dlm rapat, tidak ragu menatap visualnya karena komunikasi yang efektif terdiri dari 55% bahasa tubuh(Visual). InsyaAllah tidak dgn terlalu diboncengi syahwat. Saya lebih prioritas profesionalisme-Ihsan drpd menghindari zina mata. Hal ini kontroversial sehingga pernah ditegur sesepuh ADK. Tapi krn akal sya nakal, yah lanjutkan! huahaha.
Terbukti dari evaluasi pertanggungjawaban, dari segi profesionalisme organisasi maju pesat, pengakuan dari alumni. Proker melebihi harapan. Even Nasional. Banyak proposal PKM fakultas lolos didanai. Disayang wakil dekan kemahasiswaan. Bahkan saya pernah ditawarkan menjadi mahasiswa berprestasi ke tingkat universitas karenanya. Puluhan sertifikat keanggotaan utk mempermudah cari beasiswa dan kerja ditandatangani sendiri sang dekan. Lebih Profesional akan lebih bermanfaat bagi lingkungan. Inilah yg saya maksud dan tujuanku walau pun kontroversial di awal krn hal itu.
Alhamdulillah justru anugrah akal yg nakal ini sangat mendukung profesiku sebagai peneliti. Kenakalan utk menguak rahasia alam demi kesejahteraan umat dan bangsa. Karena kenakalan akal lah maka profesi peneliti ditinggikan derajatnya. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS 58 :11). Yups akal adalah salah satu alat utk mengais ilmu. Terbukti pemerintah Indonesia memberikan tunjangan fungsional tertinggi utk profesi peneliti. Di negara maju profesi peneliti di middle-up bergengsi. Bahkan di Pakistan, gaji penelitinya malah 3 kali gaji menterinya. Sungguh peneliti yg akalnya nakal dihargai di sana sini sesuai firmanNya.
Tapi janganlah kenakalan akal ini digunakan untuk merusak dan menimbulkan kekacauan jangka pendek atau pun jangka panjang. Batas kenakalan akal dalam beragama adalah aqidah. Jangan diterobos lagi. Ruang Rukun Iman adalah untuk keyakinan, akal utk menguatkannya bukan untuk mengacak-acak. Kenapa? Karena akal yg nakalnya manusia itu pun seperti panca indra. TERBATAS. Tidak sanggup berpikir memahami ilmu Allah yang Maha Tak terbatas dalam ranah akidah. Sanggupkah kamu berpikir tentang (Ruang) Ujung alam semesta ini? Ujung galaxy bimasakti?
Sanggupkah kamu berpikir tentang (Waktu) Apa yang terjadi SEBELUM terbentuknya titik kemudian terjadinya Big Bang alam semesta ini? Apa yang terjadi SETELAH anda masuk surga atau neraka? Anda bisa menjelaskan konsep KEABADIAN?
laknatnya Aliran liberal banyak mendewakan akal untuk berbuat kenakalan yg tidak bertanggungjawab. Kebebasan universal, semua agama itu sama, akidah sebagai pembeda islam dgn yg lainnya ditabrak. Sex bebas, selingkuh, gay, lesbian dibebaskan dengan dalih akal. Bukannya dinaikan derajatnya tapi malah api neraka bisa didapat.
Bijaklah menakalkan si akal :)
Pastilah tulisan ini pun mengundang kontroversi karena buah akal yg nakal. wawlah hualam bishawab.
"Terus tidak bosan belajar semata hanyalah kesempatan bagi saya untuk
terus memenuhi kesenangan dan kebutuhan berpikir." -- Albert Einstein
No comments:
Post a Comment