Plato bertanya kepada gurunya “Apa itu cinta? Dan bagaimana saya bisa mendapatkannya?”
Sang guru pun menjawab “Carilah sebuah ranting yang paling baik di padang rumput !”. Plato pun segera pergi ke padang rumput untuk menemukan ranting tersebut. Setelah seharian mencari ranting, Plato kembali ke haribaan gurunya. Kemudian sang guru bertanya kepada Plato “Bagaimana Plato, apakah kamu sudah menemukan ranting terbaik di padang rumput?”. Plato pun menjawab “Belum guru!” dengan nada menyesal. Sang guru pun menanyakan sebabnya mengapa sampai seharian belum juga menemukan satu ranting pun. “Sebetulnya saya telah menemukan satu ranting yang terbaik, tetapi ketika dalam perjalanan pulang, saya menemukan ranting yang lebih baik lagi. Hal ini pun terulang terus sampai waktu seharian kuhabiskan. Saya akhirnya memutuskan untuk tidak mengambil satu ranting pun sebab saya tidak yakin bahwa ranting yang saya temukan terakhir kali merupakan ranting terbaik di padang rumput yang berisi banyak sekali ranting” lapor Plato sembari beralasan. Sang guru pun tersenyum sinis sambil bergumam “Ya, itulah Cinta”.
Mencari cinta dan jodoh kita ibarat ingin menemukan ranting yang paling baik di padang rumput. Setelah kita merasa berhasil mencari cinta yang terbaik di dunia yang banyak sekali jumlah manusianya maka suatu saat kita pasti menemukan cinta yang lebih baik lagi seterusnya tanpa batas. Saking asyiknya mencari kesempurnaan jodoh cinta kita sampai lupa usia terus berjalan dan habis. Janganlah terlalu lama dan saklek mencari cinta kita yang paling sempurna sehingga pada akhirnya kita tidak mendapatkan satu cinta pun karena waktu kita habis guna mencari cinta. Jangan pula pasrah tanpa berusaha sedikit pun dalam mencari cinta kita yang terbaik.
Apakah sama antara Jatuh Cinta dengan Mencintai ?
Jatuh Cinta itu Falling in Love, diawali dari kata “jatuh” sehingga pada hakikatnya merupakan sebuah kecelakaan. Terjadi tiba-tiba secara kebetulan. Timbul tanpa sebab yang jelas. Suka dan tertarik dengan fisik dan karakter seseorang. Jatuh Cinta bersifat sementara. Mudah bosan dan berganti. Menurut sebuah survei pernikahan dan hubungan asmara yang hanya dilandasi jatuh cinta lebih mudah putus dan cerai.
Sebaliknya Mencintai itu berbeda dengan Jatuh Cinta. Diawali tanpa cinta. Mencintai itu menciptakan cinta. Cinta itu direncanakan. Dari tidak ada menjadi ada. Cinta itu ditanam, dipupuk dan disirami sehingga dapat berbuah cinta sejati. Mencintai itu lebih kuat dan bersifat permanen. Tingkatan tertinggi dari mencintai adalah menganggap cinta sebagai ibadah pengabdian kepada Sang pencipta cinta. Modus pernikahan harmonis dan bahagia karena dilandasi saling Mencintai.
Dalam mengenali pasangan cinta dewasa ini terdapat istilah pacaran dan ta’aruf. Pacaran lebih berkonotasi buruk. Lebih banyak terjadi kontak fisik seperti pegangan tangan, ciuman, pelukan bahkan hubungan seksual pada pacaran. Sedangkan ta’aruf lebih saling mengenal sifat dan karakter demi mewujudkan visi cinta bersama. Banyak pasangan yang Jatuh Cinta kemudian pacaran bertahun-tahun tapi akhirnya putus juga. Perselingkuhan dan penghianatan banyak dihinggapi oleh pasangan yang hanya sekedar Jatuh Cinta. Sedangkan banyak juga pasangan yang ta’aruf beberapa bulan kemudian menikah bahkan awet sampai akhir hayat. Dalam ta’aruf untuk menikah, mereka sudah siap Mencintai, dari tidak ada cinta kemudian diciptakan cinta dalam dirinya, cinta dimotivasikan untuk ibadah kepada Sang pencipta cinta so hubungan harmonis lebih bertahan lama. Sudah banyak fakta lapangan untuk kasus Jatuh Cinta dan Mencintai. Jatuh Cinta dapat mengawali ke tingkat Mencintai.
Bagaimana hubungan Anda dengan pasangan? Apakah Jatuh Cinta ataukah Mencintai? Atau keduanya ?
No comments:
Post a Comment